Shalom,
Kali ini saya mau berbagi cerita hidup kami tentang perintah Tuhan untuk pindah kota, yang lumayan jauh dari kota kami tinggal yaitu 7 jam perjalanan darat. Ketika mendapat perintah tersebut melalui doa, kami terus berdoa dan bergumul meminta Tuhan untuk mengconfirm hal tersebut. Tuhan pun menconfirm hal-hal yang kami minta, salah satunya adalah urusan pekerjaan. Pekerjaan merupakan hal yang paling crucial dalam hal ini; oleh karena pada waktu itu kami belum mendapatkan Permanent Resident di New Zealand, melainkan hanya work visa saja yang mengkondisikan bahwa kita harus tetap bekerja di company dan kota yang tertera di visa kita tersebut. Kalau kita pindah pekerjaan, syaratnya harus mengapply ulang work visa di tempat yang baru, proses aplikasi yang tidak gampang: dimulai dari awal dan bisa ditolak kalau kita tidak melapor ke pihak Imigrasi New Zealand. Nah dalam hal ini, singkat cerita Tuhan mengkonfirmasi perpindahan kami dengan cara membukakan jalan untuk pindah pekerjaan di kota tersebut, mengenalkan kami kepada seorang owner restaurant cepat saji yang mau menerima suami saya. Dia pun mau membantu izin kerja suami saya jika diperlukan. Masalah tersebut pun beres.
Kami pun mempersiapkan hal-hal yang lain, seperti mempersiapkan keuangan untuk pindahan, yang tidak murah. Barang-barang yang tidak diperlukan kami jual untuk memangkas barang-barang yang akan dibawa. Kami pun mulai bergerak untuk mencari-cari rumah sewaan, berhenti dari pekerjaan dan mengunjungi teman-teman disini untuk pamitan. Secara fisik kami siap, namun secara mental hati kami masih di kota ini. Setiap malam kami terus berdoa kepada Tuhan, bila hal ini memang kehendak Tuhan, terjadilah, namun bila tidak biarlah Dia yang menutup jalan-jalannya. Segala pintu terlihat terbuka lebar pada awalnya. Banyak dari teman-teman kami yang bingung kenapa kami tiba-tiba mau pindah tanpa alasan yang jelas, kami yang bingung bagaimana mau menjelaskannya kepada mereka, terutama yang belum percaya.
Hari demi hari pun berlalu, sampai dengan 1 minggu terakhir menjelang kepindahan. Di minggu tersebut, suatu dorongan untuk beres-beres, packing, bersiap-siap sama sekali tidak ada. Dengan perasaan yang sangat berat saya hanya bisa packing pakaian kami saja. Perasaan saya dan suami dipenuhi dengan perasaan kalut, galau, kacau, merasakan semua serba salah. Tidak ada damai sejahtera, perasaan bahwa hal ini salah. Kami pun sempat ribut, padahal hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya kami selalu bicarakan baik-baik permasalahannya, tidak pernah sampai ribut. Perasaan kami pada saat itu kacau balau.
Menjelang hari H. Keadaan tetap sama, tidak ada damai sejahtera. Tiba-tiba di hati saya terbesit suatu ayat, Yeremia 29:11. Rancangan yang dari Tuhan adalah rancangan damai sejahtera.
Lalu saya bicarakan ini dengan suami dan kami juga membicarakan perasaan kacau balau yang menerpa kami seminggu terakhir. Kami pun berdoa lalu memutuskan bahwa kami tidak jadi pindah. Pintu yang tadinya terlihat terbuka, tiba-tiba tertutup. Tadinya kelihatan "Ya, pindah kota", tiba-tiba berubah menjadi "Cukup sampai disitu. Hentikan."
"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan" (Yer 29:11)
Lalu saya bicarakan ini dengan suami dan kami juga membicarakan perasaan kacau balau yang menerpa kami seminggu terakhir. Kami pun berdoa lalu memutuskan bahwa kami tidak jadi pindah. Pintu yang tadinya terlihat terbuka, tiba-tiba tertutup. Tadinya kelihatan "Ya, pindah kota", tiba-tiba berubah menjadi "Cukup sampai disitu. Hentikan."
Dengan adanya keputusan tidak jadi pindah tersebut. Terus terang hati saya lega sekali, plong luar biasa. Damai sejahtera datang menyerbu, suasana yang tadinya kacau menjadi normal kembali. Saya tidak peduli apa kata teman-teman saya yang sudah farewell ke kami, apa kata boss suami saya jika ia tahu bila suami saya mau balik lagi bekerja setelah seminggu berhenti kerja, apa kata bos di kota tersebut yang sudah menunggu kedatangan suami saya, apa kata owner rumah kontrakan kami jika tau kami tidak jadi pindah. Tidak peduli. Yang terpenting adalah ketika Tuhan perintahkan kami untuk lakukan sesuatu, kami lakukan dengan sebaik yang kami bisa karena kami sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus.
Beberapa minggu yang lalu, saya menemukan lagu Abraham's offering di youtube. Ketika mendengar lagu tersebut dan membaca liriknya saya langsung menangis tersedu-sedu membayangkan pengorbanan Abraham ketika hendakz mempersembahkan Ishak dan juga pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib untuk menyelamatkan kita.
Ketika mendengar lagu tersebut, terkenang kembali di pikiran saya mengenai kisah batalnya kami pindah kota 2 tahun yang lalu. Mungkinkah pada saat itu Tuhan Yesus sedang menguji iman kami? Saya tidak peduli apa pun rewardnya dari ujian tersebut. Yang dapat kami lihat dan rasakan adalah pada saat ini kami masih berada di kota ini dengan keadaan jauh yang lebih baik dari segala sudut, segara setelah kejadian itu terjadi kami diberikan berkat anak perempuan (jadinya anak kami sekarang sudah ada sepasang ^^<3 ), berkat Permanent Resident, berkat damai sejahtera dan kegembiraan yg kontinius, berkat makanan rohani yang berlimpah-limpah dan bergizi, berkat keuangan yang datang seperti hujan yang memberkati tanah dan membuahkan hasil. Puji Tuhan Yesus.
Ketika mendengar lagu tersebut, terkenang kembali di pikiran saya mengenai kisah batalnya kami pindah kota 2 tahun yang lalu. Mungkinkah pada saat itu Tuhan Yesus sedang menguji iman kami? Saya tidak peduli apa pun rewardnya dari ujian tersebut. Yang dapat kami lihat dan rasakan adalah pada saat ini kami masih berada di kota ini dengan keadaan jauh yang lebih baik dari segala sudut, segara setelah kejadian itu terjadi kami diberikan berkat anak perempuan (jadinya anak kami sekarang sudah ada sepasang ^^<3 ), berkat Permanent Resident, berkat damai sejahtera dan kegembiraan yg kontinius, berkat makanan rohani yang berlimpah-limpah dan bergizi, berkat keuangan yang datang seperti hujan yang memberkati tanah dan membuahkan hasil. Puji Tuhan Yesus.
Yang saya tahu hanyalah menuruti apa yang Tuhan perintahkan saya apapun kelihatannya di mata dunia, jika Tuhan yang suruh pasti itu yang terbaik bagi kita. Dan saya berbahagia bila Tuhan dapati kami tetap setia. Amin. Pujian dan kemuliaan hanya bagimu untuk selama-lamanya ya Tuhanku. :)
No comments:
Post a Comment