BannerFans.com

Tuhan Harapanku: Hidup yang Berkemenangan

Tuesday, May 17, 2011

Shalom,
Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. (Amsal 3:5-6)

     Ya, ayat ini benar-benar nyata dalam hidup saya. Sungguh suatu hal yang sangat luar biasa Tuhan Yesus bisa hadir dalm hidup saya, menyelamatkan saya. Mulai dari detik pertama saya menerima Tuhan Yesus sampai sekarang, saya sungguh percaya dan benar-benar menyandarkan hidup saya kepadaNya. Dulu saya jarang membaca Alkitab, hanya sepatah-sepatah saja, jadi saya tidak tahu ada ayat seperti ini. Jadi, secara tidak sadar ayat di atas saya aplikasikan kedalam hidup saya. Yah saya pikir mau berharap kepada siapa lagi kalau bukan Tuhan.
Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap? (Yes 2:22)

Dengan berjalannya waktu, saya dapat merasakan hasil karena berharap kepada Tuhan: Tuhan benar-benar membawa saya ke dalam hidup yang penuh dengan kemenangan. Praise the Lord!

      Saya adalah seseorang yang berasal dari keluarga yang lumayan berada. Walaupun ibu saya tidak pernah memanjakan saya dengan memberikan semua yang saya minta/inginkan, namun hidup saya tidaklah berkekurangan. Saya tidak pernah memikirkan hal kekurangan uang. Suami saya pun begitu. Namun, setelah menikah, kami memutuskan untuk tidak lagi bergantung kepada orang tua dalam segala hal, terutama hal keuangan. Awalnya hal tersebut terasa super sulit, jika bukan Tuhan yang kasih kekuatan, saya pasti sudah patah semangat dan berpikir untuk pulang ke Indonesia saja. Tapi kami tidak mau menyerah. Hal itu disebabkan karena kami berdua ingin membuktikan kepada anggota keluarga, terutama yang belum percaya, bahwa Tuhan yang kami sembah hidup dan Ia yang akan menyediakan semuanya bagi kami.

Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. (Flp 4:19)


     Berawal dari hari dimana kami memutuskan untuk membiayai sendiri wedding service kami yang dilangsungkan di Queenstown, New Zealand. Pada saat itu saya baru saja lulus kuliah dan belum ada pekerjaan. Suami saya [waktu itu masih calon], masih bekerja di ladang anggur. Karena waktu itu akhir tahun dan kami berencana untuk berlibur panjang di Indonesia setelah menikah, maka saya putuskan untuk meng-postpone pencarian kerja. Saya pun ikut suami bekerja di ladang anggur. Puji Tuhan penghasilan kami cukup besar waktu itu. Tempat kami melangsungkan pemberkatan nikah bisa dibilang cukup mahal. Namun dalam 2 bulan bekerja, semua bisa terbayar. Pas sekali, tidak kurang tidak lebih. Puji Tuhan, dengan pekerjaan yang sempat ditertawakan beberapa anggota keluarga dan teman, kami bisa meraih impian mengenai pernikahan yang kami inginkan.

       Setelah menikah, kami putuskan untuk berhenti dari pekerjaan itu dan mencari pekerjaan lain. Rencana kami adalah pindah ke Auckland, kota terbesar di New Zealand, karena disana lebih banyak lapangan kerja yang tersedia. Teman-teman kami pun sebagian besar tinggal disana. Sebelumnya, kami tinggal di kota Blenheim, kota kecil penghasil anggur terbesar di New Zealand. Kota ini kecil sekali, town centernya bisa dan habis dijelajahi hanya dalam waktu 5-10 menit menggunakan mobil. Bahkan lampu merah pun tidak ada. Namun, kami menyadari, yang kami anggap jalan terbaik belum tentu sama dengan rencana Tuhan, jadi kami putuskan untuk berdoa, biarlah Tuhan yang menentukan langkah kami karena Tuhan tahu yang terbaik.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11)
Kami pun berdoa kepada Tuhan Yesus, kemana langkah yang Tuhan sudah rancangkan buat kami. Hasilnya 3 kali kami mendapat kata 'Blenheim' dari Tuhan. Kami tidak menyadari hal ini sampai dengan waktu suami saya iseng-iseng bolak balik agenda kami. Kami mempunyai kebiasaan mencatat hal-hal penting, termasuk catatan hasil doa di dalam agenda kami. Tidak ada hal yang kebetulan, saat itu suami saya menemukan kata Blenheim di 3 bulan yang berbeda. Tanpa kami sadari, doa yang kami panjatkan sudah dijawab 3 kali oleh Tuhan! Betapa panjang sabarnya Tuhan itu. Tanpa ragu kami pun langsung terbang kembali ke Blenheim, ke kota kecil ini. Teman kami pun terheran-heran kenapa kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota yang lapangan kerjanya sempit ini. Yang kami tahu, walaupun manusia telah diberi "free will", tapi kalau Tuhan sudah bilang sampai 3 kali itu artinya suatu perintah absolut.

      Sesampainya di Blenheim, kami masih tidak punya gambaran mengenai pekerjaan apa yang Tuhan sudah sediakan bagi kami, segala pekerjaan sudah kami apply, lucunya saya sudah mendapatkan panggilan kerja di Auckland. Namun kami sudah tahu kemana Tuhan tempatkan kami, jadi kami terus mencari pekerjaan di Blenheim. Waktu itu saya baru saja ketahuan hamil, jadi kesempatan untuk bekerja bagi saya sudah sangat kecil. Jarang sekali ada orang yang mau memperkerjakan orang asing yang tengah hamil, yang menggunakan visa jangka pendek. Jadilah semua kuk bekerja ditanggungkan kepada suami saya.

       Tiga minggu kami luntang lantung tanpa pekerjaan. Setiap kami bangun pagi rasanya hampa sekali. Tanpa tahu mau melakukan apa selain mencari pekerjaan. Semua pekerjaan sudah kami lamar, tapi tidak membuahkan hasil. Biaya hidup disini tinggi sekali, uang yang kami bawa dari Indonesia sudah semakin menipis. Tiga minggu yang kami lalui dengan mengganggur tersebut terasa sangat lama. Puji Tuhan akhirnya Tuhan berikan suami saya pekerjaan tepat pada waktuNya, dengan boss yang tepat. Boss ini baik sekali, dari awal dia sudah langsung menjanjikan untuk menyambung visa kami untuk tahun selanjutnya dan bahkan mau membantu kami meng-apply PR! Dan hal itu benar-benar dia lakukan. Banyak sekali berkat Tuhan yang tercurah melalui boss suami saya sampai dengan sekarang. Must be God (",) 

      Selama saya hamil, saya hanya beristirahat di rumah. Kami sudah pernah berdoa mengenai pekerjaan untuk saya, namun Tuhan menyuruh saya untuk menjaga kandungan saya baik-baik. Saat ini pun kami sempat merasa khawatir mengenai biaya bidan/dokter kandungan dan persalinan. Hamil dan melahirkan bukanlah sesuatu yang murah bagi warga asing yang tinggal disini. Walaupun bagi warga negara New Zealand semua biaya ditanggung pemerintah alias gratis. Jika dikalkulasikan ke rupiah, biaya total bidan ditambah melahirkan bisa mencapai 42 juta dan sekitar 100 juta rupiah kalo melalui proses operasi caesar. Sebagai pasangan yang baru merintis rumah tangga dari bawah, jumlah uang tersebut sangat besar bagi kami. Sebenarnya dengan visa yang saya punya waktu itu, kami mendapat tanggungan pemerintah, namun waktunya hanya sampai saya 6 bulan kehamilan, setelah itu visa kami expired. Luar biasanya, waktu itu sedang ada gempa di New Zealand, jadi imigrasi membutuhkan waktu 4 bulan untuk memproses visa kami. Jadi waktu saya melahirkan, status kami bisa dikatakan illegal (bukan karena kami orang gelap, tetapi karena visa kami masih dalam proses), dan pihak rumah sakit mengetahui hal itu. Selagi di rumah sakit, saya pun sempat merasa sangat-sangat khawatir mengenai bayaran persalinan. Sungguh sebenarnya saya sangat merasa bersalah kepada Tuhan, karena Tuhan katakan "jangan kuatir"! (Luk 12: 22-34). Oleh sebab itu, saya teguhkan hati saya dan percaya bahwa Bapa yang di surga telah membayar lunas semuanya. And yes, He did sampai hari ini (sudah 6 bulan berlalu), kami tidak ditagih apa-apa.

      Mengenai Joshua anak kami, Tuhan berkali-kali katakan Ia akan memberkati anak ini. Dan memang benar, Ia lakukan. Dari pertama ia lahir, berkat bagi anak ini langsung mengalir dari Bapa melalui orang-orang disekitar kami. Kami tidak perlu lagi memikirkan segala keperluannya, karena semua sudah disediakan. Ada saja yang mengirim baik dalam bentuk pakaian, uang dan sebagainya. Bahkan Tuhan pun memberikan asi yang sangat melipah kepada Joshua, sehingga tidak perlu memikirkan untuk membeli susu formula yang mahal.

     To make a long story short. Hidup kami disini, di New Zealand, sangat diberkati oleh Tuhan. Walaupun kami tidak bergelimang harta, namun Tuhan cukupkan semuanya, keluarga di Indonesia selalu khawatir dengan kami dan sering menyuruh kami pulang untuk buka bisnis. Tapi kami tahu kemana Tuhan tempatkan kami untuk saat ini, untuk menunjukkan kasih setianya kepada orang-orang yang miskin dihadapan-Nya yang menaruh harapan hidup sepenuhnya kepada-Nya. Mulai dari rumah yang bagus, pakaian yang layak, makanan yang sederhana tapi enak, tabungan yang cukup, kesehatan yang baik, anak lucu sehat dan pintar, persahabatan, mobil. Bukan hanya berkat jasmani saja, namun berkat rohani pun terus mengalir dalam hidup kami, seperti sungai yang menyegarkan jiwa.

      Memang hidup kami disini seperti roller coaster, arus kehidupan itu seumpa relnya, hidup itu sendiri seperti tempat duduknya, namun Tuhan itu seumpama pengamannya. Kita harus tetap berpegang kepada-Nya, atau kita akan terjatuh karena arus kehidupan yang deras. Sangat jelas sekali di dalam hidup kami, tangan Tuhan yang terus menopang. Rahasianya cuma satu, tekun mencari wajahNya, disaat susah dan senang, berdoa dan bertanya kepada-Nya sebelum mengambil setiap keputusan penting dalam hidup. Percayalah Ia akan buka jalan. Ia akan mengantar kita dalam hidup yang berkemenangan di dalam Dia.

Haleluyah (",) 

0 comments:

Post a Comment