BannerFans.com

Jodoh Dari Tuhan

Saturday, February 28, 2015

Dear Blog,

Pagi ini tiba-tiba aja kepikiran buat sharing tentang kisah pertemuan saya dengan suami, dari awal ketemu sampe akhirnya menikah. Sebenarnya udah lama sekali kepengen nulis ini tapi belum dapat feelnya sampe hari ini :). Ketika saya keluar kamar dan ngobrol sama Hendri, ia menyetujui sharing ini dan kami nyadar bahwa hari saya nulis sharing ini adalah Valentine's day! Pas sekali ya.



Masih jelas di ingatan saya, pertama kalinya ketika saya melihat Hendri. Waktu itu kami baru saja lulus SMP, umur 15-16 tahun. Kami berdua berasal dari kota yang berbeda, Palembang dan Lubuk Linggau. Jadi kami sama sekali tidak pernah bertemu sebelumnya, sampai akhirnya Hendri pindah ke Palembang untuk melanjutkan SMA. Namun perjumpaan pertama kali bukanlah di sekolah tapi di gereja. Pada saat itu di gereja sedang ada KKR remaja besar-besaran jadinya pihak gereja memerlukan banyak pekerja untuk membantu. Saya sebenarnya tidak aktif di gereja, tapi saya adalah jemaat reguler disana. Oleh karena itulah, pihak gereja juga mengajak saya ikut serta untuk melayani Tuhan dengan menjadi usher, yang menyambut jemaat dan yang membagi-bagikan kertas/brosur, itulah pelayanan perdana saya di gereja :). Salah satu tugas usher adalah mengarahkan jemaat untuk duduk dimana, jadi sebagian jemaat ada di mana saya juga tahu. Pada saat inilah saya melihat Hendri, baju kaos hijau tua celana coklat krem yang menurut saya agak kurang matching. Tapi kok hati ini berdesir ketika melihat orang ini. Saya juga sempat colek teman saya yang sama-sama usher, saya katakan kepada dia bahwa orang ini adalah bagian saya yang layani. Teman saya ini sempat cie-cie in saya ketika saya mengatakan hal tersebut tapi saya toh cuek saja.

Akhirnya di hari tersebut saya pun kasih kertas ke Hendri (disuruh nulis apa sama pendetanya saya lupa) dan percakapan pertama kami adalah "Ada pena nggak?" tanya Hendri. "Tunggu sebentar ya" jawabku. KKR malam itu pun berakhir dan saya juga lihat Hendri meninggalkan ruangan. Dari antara kurang lebih 250 youth yang hadir saya sangat penasaran siapa ya orang yang satu ini dan kok saya nggak pernah lihat dia sebelumnya? Waktu pun berlalu, sekitar 1 bulan kemudian kami pun betemu kembali. Ternyata kami satu sekolah. Sekolah saya adalah sekolah baru dan kami adalah angkatan pertama yang berjumlah kurang lebih 157 murid. Pada 16 Agustus 2000 di sekolah kami diadakan classmeeting perdana (karena sekolah baru dimulai bulan Juli) untuk merayakan HUT RI. Saat itulah teman saya yang sama-sama jadi usher waktu di KKR (teman baik saya) menunjuk ke satu orang yang sedang duduk di pinggir lapangan basket sambil nonton pertandingan basket. Waktu itu kami sedang di kantin, jadi jaraknya dari ujung ke ujung. Dia memberitahukan bahwa orang tersebut adalah orang yang saya lirik waktu KKR kemarin. Dan ternyata benar. Sebelum saya sempat berpikir, teman baik saya yang lainnya sudah menarik tangan saya dan berkata bahwa dia kenal dengan orang ini karena mereka 1 kelompok waktu masa orientasi siswa. Jadilah ia menyeret saya sampai persis tepat di belakang Hendri. Teman saya ini langsung mencolek Hendri dan bilang saya mau kenalan, padahal saya belum bilang apa-apa, lalu akhirnya kami pun berkenalan. Kebetulan, teman Hendri (laki-laki) yang duduk disebelahnya adalah teman saya. Ketika dia melihat kami berkenalan, dia pun langsung bersorak dan membuat suasana jadi agak heboh. Jadi saya dan teman saya pun kabur dari pinggir lapangan basket tersebut. Ah masa-masa SMA :).

Semenjak kejadian tersebut, kami berdua bukannya jadi lebih saling mengenal tetapi malah tidak saling menegur ketika bertemu karena malu dan takut disoraki. Gossip pun merebak yang bilang bahwa saya mengejar Hendri karena peristiwa kenalan yang menghebohkan tersebut yang membuat saya menjadi lebih sungkan untuk menegornya atau sekedar tersenyum jika berpapasan.

Tidak lama kemudian, saya dikejutkan dengan telepon dari Hendri. Ternyata ia menanyakan no telepon rumah saya (waktu itu belum musim hp) kepada seorang teman. Sejak saat itulah kami jadi sering ngobrol di telepon, setiap hari dan dalam jangka waktu yang lama setiap ngobrol. Kami jadi lebih saling mengenal satu dengan sama lainnya karena ternyata nyambung. Sebenarnya saya orang yang kurang suka chatting atau ngobrol lama-lama. Tapi rasanya kalau dengan Hendri saya betah hehe Puji Tuhan hal itu berlangsung sampai sekarang sehingga pernikahan kami diwarnai dengan komunikasi yang dalam dan kental.

Semakin hari kami semakin dekat di telepon, tapi anehnya setiap kali berpapasan terkadang kami masih tidak saling menegor. Sampai kira-kira hampir setahun kami menjadi sahabat telepon, hal itu pun masih berlangsung. Paling-paling ketika kami bertemu hanya tersenyum tipis saja lalu cepat-cepat buang muka. Saya benar-benar penasaran sekali.

Beberapa kali waktu kelas 1 SMA, saya bermimpi tentang Hendri. Di dalam mimpi saya tersebut saya melihat kami menikah di suatu gereja kecil di luar negeri, dihadiri juga oleh mamanya, yang ternyata benar-benar terjadi 9 tahun kemudian! Mimpi lainnya yang saya ingat adalah kami mempunyai 2 orang anak laki-laki. Namun sekarang kami memang punya 2 anak, laki-laki dan perempuan. Tapi mungkin di masa mendatang kami diberi karunia 1 anak laki-laki lagi, who knows? :). Itulah mimpi-mimpi yang saya ingat. Menjelang akhir 1 SMA, saya sudah mulai capek karena Hendri tidak kunjung "menembak" saya. Pada saat itu di sekolah diadakan acara jalan-jalan dan menginap 4 hari 3 malam di Pulau Bangka. Saya sebenarnya malas ikut tetapi melalui telepon Hendri mengajak saya untuk ikut dengan janji dia akan berbicara secara langsung, ngobrol dengan saya disana. Saya pun menyetujuinya.

Liburan di pulau Bangka sangat menyenangkan, tetapi yang saya tunggu-tunggu tidak kunjung hadir. Yang saya lihat Hendri malah asik bermain aktivitas yang berlangsung. Pada hari terakhir, tiba-tiba dan tidak disangka ada teman saya yang menembak saya, karena panas hati jadi saya terima saja orang itu jadi pacar saya (Oh God please forgive me) Beberapa hari setelah pulang dari Bangka, Hendri pun mengetahui bahwa saya sudah jadian dengan teman saya itu tapi anehnya dia biasa-biasa saja dan masih tetap menelepon dan ngobrol seperti biasa. Saya jadi benar-benar capek dan menganggap dia memang tidak suka kepada saya dan hanya mau jadi saya sahabat telepon saja.
Mengenai pacar saya itu, orangnya sangat baik dan sopan. Orang percaya juga, namun saya tidak bisa membohongi hati saya jadi akhiri dengan memberitahukan bahwa saya sebenarnya suka Hendri. Saat itu saya tahu bahwa saya sudah menyakiti hatinya, sampai bertahun-tahun kemudian :( so sorry.

Naik ke kelas 2 sma, kami masih sering teleponan, namun saya sudah membuang harapan karena saya menganggap dia tidak suka saya walaupun masih ada yang nyangkut di hati saya. Waktu itu suasana sekolah kami diramaikan dengan kehadiran adik kelas. Saya pun dekat dengan seorang adik kelas dan akhirnya kami jadian. Hendri masih suka menelepon namun lama kelamaan frekuensi dan intesitasnya menurun, mungkin karena saya juga kurang antusias. Singkat cerita, saya jadian dengan adik kelas ini. Hendri terkadang masih suka menelepon dan pacar saya itu tahu. Terkadang dia tidak suka dengan hal tersebut. Karena saya sudah menganggap Hendri sebagai sahabat saya, saya comblangi dia dengan sahabat saya yang perempuan karena saya tidak pernah melihat Hendri jadian. Akhirnya mereka pun jadian. Kami pun double date bersama. Pada saat-saat itulah secara official saya dan Hendri ngobrol secara langsung dan waktu itu kami sudah 3 SMA. Tidak lama kemudian saya putus, dan Hendri pun putus. Jadi untuk saling menghibur kami pun suka jalan bareng dan itu sudah di akhir 3 SMA.

Kami kuliah di jakarta namun di 2 universitas yang berbeda, Hendri di Binus, saya di UPH. Awal-awal masa kuliah kami disibukkan dengan suasana baru walaupun terkadang masih saling smsan (akhirnya sudah musim handphone). Disinilah perjalanan awal saya mengenai perjodohan di dalam Tuhan berawal.

Peristiwa putusnya saya dengan adik kelas saya itu sangat membuat sakit hati sehingga dengan sungguh-sungguh saya berdoa agar saya tidak jadian dengan yang bukan jodoh saya. Karena di Jakarta saya sebatang kara dan dengan segala sesuatu yang baru, saya jadi menggunakan banyak waktu untuk berdoa dan membaca Alkitab. Saya berdoa kepada Tuhan agar saya tidak salah jodoh dan meminta tanda kalau he's the one, yaitu pada saat first date, dia harus memakai kemeja merah. Saya meminta tanda tersebut karena saya pikir laki-laki jarang dan agak aneh jika memakai kemeja merah, terkecuali jika sedang Chinese New Year tapi itu pun jarang juga. Oke, sejak saat itu saya jadi mencurigai setiap laki-laki yang memakai kemeja merah hehehe yang juga jarang saya temui, tapi ada.

Saya pun masih suka smsan dengan Hendri dan saya anggap dia sebagai sahabat. Namun lama kelamaan percakapan kami pun berlangsung mendalam, berbicara dari hati ke hati. Karena sudah lama saya membuang harapan itu, Tuhanlah yang saya datangi untuk bertanya, karena saya benar-benar tidak mau salah jadian lagi. Meski tidak disuruh Tuhan, saya memutuskan untuk bertanya dengan cara berpuasa daging selama 7 hari. Saya lakukan ini dengan sepenuh hati. Saya smsan dengan Hendri waktu itu bisa setiap hari sepanjang waktu, dari bangun sampe tidur lagi (karena pada saat itu musim kartu As, sms gratis, bagi yang inget jaman-jaman itu hehe). Dan anehnya, tepat di hari 1 sampai hari yang ke 7 saya berpuasa, Hendri tidak sms saya sama sekali, saya juga sengaja tidak sms dia. Di minggu tersebut saya sudah menganggap bahwa itu adalah jawaban Tuhan, bahwa dia bukan jodoh saya. Tetapi sesuatu yang aneh terjadi di hari ke 8, dimana puasa saya sudah selesai. Hendri sms dan bertanya kepada saya kenapa saya tidak balas smsnya. Saya katakan tidak ada sms yang masuk. Lalu dia katakan dia rindu saya dan intinya dia merasa kehilangan, lalu dia mencurahkan perasaannya. Semenjak saat itu jadi jelas jika sebenarnya dia suka saya namun dia tidak peka terhadap perasaannya sendiri. Lalu saya pun jadi bertanya kepada Tuhan apakah ini jawabannya dari doa puasa saya ? Hati saya menjawab iya.

Akhirnya, semester 3 kami pun ketemuan lagi setelah setahun hanya smsan saja. Maklum jarak Jakarta-Karawaci terbilang cukup jauh bagi yang tidak memiliki mobil pribadi. Hendri pun mengunjungi saya dan kami first date dan akhirnya jadian di hari tersebut. Sungguh luar biasa Tuhan kita, Hendri benar-benar memakai kemeja merah on that day! Saya baru menyadari hal ini setahun setelah jadian, sewaktu saya melihat foto di komputer. Sewaktu melihat foto tersebut, saya baru teringat tanda yang saya sendiri minta sama Tuhan sebagai tanda jodoh saya. Saya lupa, Tuhan tidak! Sejak saat itu saya jadi yakin bahwa Hendri jodoh saya.

Selama kami jadian tidak semuanya diwarnai hal yang indah-indah. Banyak juga ups dan downs yang membuat kami lebih dewasa dan mengenal satu dengan yang lainnya. Terlebih lagi Hendri waktu itu bukan orang percaya jadi kami banyak sekali berdebat tentang agama. Waktu pun berlalu sampai akhirnya kami sudah mau lulus kuliah. Pada saat itu Tuhan sudah memberitahu bahwa Ia akan membawa saya ke suatu negeri yang baru yang berlimpah dengan susu dan madu. Saya saat itu fokus dengan kemana saya melangkah setelah lulus kuliah karena saya tidak mau tinggal di Jakarta yang begitu sesak dan juga sebenarnya di Indonesia. Tuhan saat itu tempatkan saya di kantor (part-time job) yang begitu egois dan karyawannya saling sikut membuat saya tambah mau lari dari Indonesia untuk menghindari suasana kerja yang demikian. Saya begitu ingin pergi sehingga saya tidak berpikir bagaimana hubungan saya dengan Hendri jika saya benar-benar pergi. Hendri pun menemani saya kemana pun saya pergi, termasuk mendaftarkan diri untuk imigrasi dan pengajuan program beasiswa. Singkat cerita, miraculously saya mendapat beasiswa di perguruan tinggi di New Zealand.

Selama 6 bulan setelah lulus kuliah, saya pun fokus mempersiapkan diri untuk sekolah di New Zealand, sedangkan Hendri menggunakan 4 bulan untuk belajar bahasa mandarin di salah satu vihara terbesar di Batam. Yap, selama 4 bulan itu juga dia menjadi biksu dan memperdalam agama Budha aliran maitreya. Saya tidak begitu memikirkan masa depan hubungan kami karena fokus saya mau pergi ke New Zealand dan Tuhan sudah tunjuk dia sebagai jodoh saya jadi saya tenang saja. Itulah luar biasanya kalau berjalan bersama Tuhan Yesus, tidak perlu kuatir apa yang terjadi di depan kita karena Tuhan sudah memberi tahu terlebih dahulu.

Akhirnya saya berangkat ke New Zealand. Bulan-bulan awal saya disana, saya disibukkan dengan segala sesuatu yang baru. Setiap waktu saya bersyukur dengan sangat kepada Tuhan karena Ia telah mengirim saya ke negeri yang berlimpah susu dan madu ini, karena segala sesuatu yang saya lihat, rasakan, kecap adalah sesuatu yang baik dan indah. Saya dan Hendri juga masih terus menjalankan hubungan jarak jauh, namun karena perbedaan waktu yang cukup jauh, yaitu 6 jam, membuat kami sulit untuk menemukan waktu yang pas untuk chatting (waktu itu belum musim BB ataupun WhatsApp :)). Waktu itu Hendri bekerja di kantor, jadi dia biasanya pulang kerja pukul 6, sedangkan pukul 6 di New Zealand sudah jam 12 tengah malam. Saya pun sudah tidur. Sewaktu di New Zealand saya juga bekerja paruh waktu, yaitu setiap hari Sabtu dan Minggu, yang membuat jadwal saya semakin padat dan sibuk. Komunikasi kami pun semakin berkurang, namun kami masih terus memberi kabar masing-masing. Saya juga banyak bercerita tentang New Zealand yang akhirnya membuat Hendri tertarik untuk datang.

Akhirnya setelah 6 bulan saya berada di New Zealand, Hendri pun menyusul, meninggalkan segala sesuatunya di Indonesia. Rencana untuk mencari pekerjaan, pindah visa dan akhirnya tinggal di New Zealand pun berjalan lancar, berkat Tuhan yang menjadikan semuanya itu. Walaupun tinggal terpisah kota di New Zealand, komunikasi kami menjadi lebih lancar dibandingkan dengan waktu kami terpisah negara. Pembicaraan tentang Tuhan dan agama pun menjadi salah satu topik yang paling sering diangkat. Hendri adalah seorang yang pandai berbicara dan saya tidak, ditambah lagi dengan pengetahuan agama Buddha yang didapatinya ketika ia tinggal di vihara, saya hampir selalu kalah berdebat. Sampai dengan suatu waktu ketika saya mengirimkan paket kepada Hendri, seperti ada suatu dorongan untuk mengirimkan alkitab yang saya punya kepadanya. Lalu saya turuti saja dorongan tersebut sambil merasa penasaran juga apa reaksinya nanti.

Saat yang saya tunggu-tunggu akhirnya tiba. Reaksi Hendri biasa-biasa saja tapi agak kaget juga. Tetapi yang membuat saya lebih kaget adalah ternyata Hendri benar-benar membaca Alkitab tersebut, dari awal sampai akhir. Karena dia mau cari kesalahan dan mencari topik debat buat saya juga. Namun, Roh Kudus yang langsung berbicara kepadanya melalui Firman di dalam Alkitab tersebut. Tuhan mempunyai caranya tersendiri untuk berbicara dengan masing-masing orang. Dan akhirnya, setelah satu tahun di New Zealand, Hendiri menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamatnya dan dibaptis. Saat itu hati saya sangat terharu dengan cara kerja Tuhan yang sungguh amat luar biasa, membawa kisah cinta saya yang awalnya agak complicated berakhir dengan indah. Setelah 6 bulan berlalu kemudian kami menikah di kota yang paling cantik di New Zealand, yaitu Queenstown, sesuai dengan mimpi saya dulu. Pernikahan kami didasarkan pada satu fondasi yang kokoh yaitu Tuhan Yesus, bahkan di dalam cincin kawin kami, kami selipkan initial JC (Jesus Christ) di antara nama kami berdua agar kami selalu ingat tentang perjalanan cinta kami yang selalu ada campur tangan Tuhan dan kami berharap agar Tuhan Yesus juga selalu hadir di dalam pernikahan kami karena pernikahan ini adalahnya milik-Nya. Amin.

Tuhan menepati 2 janji-Nya kepada saya, yang pertama adalah Hendri sebagai jodoh saya dan Ia juga telah menempatkan kami berdua (sekarang ber-empat, mau ber-lima :) di negeri baru yang berlimpah susu dan madunya ini. Puji Tuhan, jika berjalan bersama Tuhan tak perlu takut dan ragu karena Ia adalah tiang api dan tiang awan kita. Walaupun kelihatan jalannya berputar-putar, tapi itulah jalan terbaik yang Tuhan sediakan bagi orang yang percaya kepada-Nya. Glory hanya bagi Tuhan  Yesus :) <3





6 comments:

Unknown said...

Very good story sis..Jesus Christ also save my mom from death.

Anonymous said...

its really nice story ��

Unknown said...

Semoga kekal rumahtangga yg dibina hingga ke akhir hayar

Unknown said...

Semoga kekalan rumahtangga yg di bina anda semua hingga ke akhir hayat

CheiriSama said...

Senang sekali bacanya! Tuhan Yesus beneren ada. Krn sy juga merasakan nya. Ini lah kerja Dia :)

Jenni said...

Sebuah cerita yang indah bersama Tuhan Yesus..... kebetulan saya juga berasal dan tinggal di lubuklinggau

Post a Comment