BannerFans.com

Banyak Anak Banyak Rejeki

Thursday, March 5, 2015

Shalom,

"Banyak anak kan banyak rejeki, tante :)". "Ah itu kan pepatah orang dulu, jangan kuno Hen." Saya dikasih tahu begini sama tante saya yang ada di Palembang ketika saya mengabarkan kehamilan Indah yang ketiga. Sebenarnya sih memang rencana kami berdua awalnya hanya mau punya dua anak saja, tetapi Tuhan berbicara lain. Menurut saya, anak adalah keputusan Tuhan dan titipan dari Atas. Jadi karena itu kami bersyukur dikaruniakan anak lagi. Memiliki anak adalah suatu karunia dan berkat bagi suatu keluarga.
Mazmur 127:3  Sesungguhnya, anak-anak lelaki ada milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan ada suatu upah.
Melalui ayat di atas, Tuhan mengatakan bahwa didalam kandungan ada sebuah upah. Pengertian saya mengenai upah kira-kira seperti ini: jika kita bekerja dalam satu jangka waktu lalu setelah itu kita mendapatkan imbalan dari apa yang kita kerjakan. Kalau bekerja dalam dunia contohnya kita mendapatkan gaji setiap bulannya dari hasil kerja kita. Lalu jika buah kandungan dari Tuhan itu adalah sebuah upah, berarti kita mendapatkan imbalan dari Tuhan. Kerja kita yaitu: kita diberikan tanggung jawab untuk membesarkan, mengasuh, mendidik dan mengajar anak titipan Tuhan ini agar kelak nanti ia tumbuh menjadi seorang yang takut akan Tuhan dan dapat memuliakan nama Tuhan. Lalu apa upah kita?

Kebanyakan orang berpikir kalau buat jaman sekarang, pepatah banyak anak banyak rejeki itu tidaklah tepat lagi. Sekarang bukan jaman berladang/bercocok tanam/berternak lagi yang membutuhkan banyak tenaga di dalam keluarga. Dan terutama semua harga kebutuhan hidup di jaman ini serba mahal. Dulu saya sempat berpikiran seperti ini juga. Apalagi ketika meliat harga susu dan harga 9 bahan kebutuhan pokok yang terus melambung. Belum lagi sekarang, harga kebutuhan pokok yang saya pantau di Indonesia sekarang mahal sekali, bahkan ada yang sama atau lebih mahal daripada yang di New Zealand. Saya sempat kaget lihat betapa mahalnya harga kebutuhan pokok di Indonesia. Kalau mau dibandingkan dengan gaji dan sebagainya, sangat tidak seimbang sekali.


Tapi berbahagialah orang yang masih berpegang pada pepatah yang sesuai dengan firman Tuhan ini, yang berlaku sepanjang jaman.
Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan dilaut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Kejadian 9:1 Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka:"Beranakcuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi."
Sebagai anak-anak Tuhan, kita diberkati dan disuruh beranakcucu/bertambah banyak sampai memenuhi bumi. Lalu bagaimana dengan teori over populasi, yang dipopulerkan oleh orang-orang dunia ini, yang bilang kalau bumi kita ini sudah terlalu banyak orang? Kita harus lihat siapa yang mencetuskan teori ini lalu kelompok mana yang mempopulerkan teori ini dan apa motivasi mereka untuk jangka pendek dan jangka panjang. Singkatnya, jika sesuatu sangat bertentangan sekali dengan yang Tuhan firmankan, maka kita tahu itu berasal dari siapa.

Kotbah seorang pendeta mengenai over populasi membukakan mata saya. Dia katakan seperti ini, "Apakah bumi ini sudah terlalu penuh? Coba kalian pikir-pikir semua yang diatas bumi ini terbuat dari apa? Manusia, bangunan, transportasi, dan segala isi yang ada di atas bumi ini dari apa sih?" Terus pendeta ini bilang bahwa manusia, bangunan semuanya terbuat dari tanah dan kayu di hutan. Lalu transportasi, besi, baja juga semuanya diambil dari dalam tanah..dari bumi. Lalu kalau begitu darimana bumi ini bisa jadi penuh kalau semuanya dari tanah terus kembali lagi ke tanah. Benar sekali, bumi tidak akan penuh, karena semuanya diambil dari tanah dan semuanya akan kembali ke tanah. Tuhan tidak pernah berfirman bahwa kita harus beranak cucu sampai berjumlah sekian lalu stop karena Tuhan Sang Pencipta tahu daya tahan bumi yang dibuatnya ini.

Nah kembali lagi kepada banyak anak banyak rejeki di jaman yang serba mahal ini. Ini adalah selalu pertanyaan klasik setiap orang. "Nanti bagaimana saya mau kasih makan anak saya?". Sebenarnya jawabannya mudah: kasih makan nasi, masakan batu hehehe. Kita juga  sudah kenal sekali firman yang satu ini:
Matius 6:25-26 "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting daripada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?
Kita tahu bahwa kita manusia diciptakan serupa dengan gambaran-Nya, jauh melebihi burung-burung itu.  Jadi mengenai makanan, minuman, pakaian dan kebutuhan pokok lainnya, hidup kita dan anak-anak titipan Tuhan pastinya sudah digaransi oleh Tuhan kita. Tapi yang jadi masalah sekarang ini adalah kebutuhan tersier atau gaya hidup yang membuat manusia-manusia haus akan uang. Biaya untuk anak: sekolah internasional, les ini itu, baju dan barang-barang yang lucu-lucu agar tidak ketinggalan mode karena takut anak minder dengan teman-temannya, elektronik, acara weekend keluarga dll. Berapapun uang kita itu tidak akan pernah cukup untuk mengejar gaya hidup. Tidak pernah merasa cukup, selalu kurang, ujung-ujungnya selalu mengeluh. Ditambah banyak anak lagi, menurut pemikiran dunia mesti kerja dua kali lipat. Istri pun dipaksa kerja untuk dapat memenuhi hal ini. Solusi untuk ini hanyalah berkata cukup: mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan Yesus sudah berikan bagi masing-masing keluarga. Kuncinya adalah mengelola keuangan keluarga dengan baik dan tahu membedakan kebutuhan dan keinginan.

Lukas 3 :14b Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.
Saya mau bercerita tentang pengalaman saya ketika baru punya anak pertama, lalu kemudian punya anak yang kedua. Puji Tuhan saya masih bekerja di tempat yang sama dengan jumlah jam yang sama dan istri masih di rumah menjaga anak-anak, tapi kami malah menjadi lebih sejahtera. Banyak orang mikir kok bisa? Bahkan kita pun tertakjub-takjub dengan apa yang Tuhan sediakan. Tuhan Yesus yang duduk di surga, Ialah yang mencukupkan kami. Dengan keadaan yang sama ini, ketika anak kedua lahir kami diberikan lagi materi yang 7 kali lipat dari apa yang kami punya sebelumnya. Inilah yang membuat saya dan istri terheran-heran, anak-anak itu adalah titipan dari Tuhan dan semuanya sudah diprovide sama Tuhan. Pada saat Joshua lahir, Tuhan katakan Akulah Jehova Jireh yang akan mencukupkan kebutuhan anak ini. Senang sekali, dari lahir sampai sekarang Tuhanlah yang mencukupkan setiap kebutuhan Joshua ini. Pada waktu Ellianna lahir, kami dapat PR kemudian berkat pun tercurah. Tetapi bukan berarti Ellianna ini anak hoki. Biasanya kalau orang keturunan tionghoa pas anak yang lahir itu tiba-tiba bawa banyak rejeki kemudian menjadi anak emas karena anak hoki. Tidak, Tuhanlah yang memberikan itu semua. Jadi pada saat anak itu lahir, dari atas surga itu sudah diperhitungkan semua kebutuhannya dari mulai yang terkecil sampai yang terbesar, jadi jangan takut untuk punya anak. Tuhan sudah berikan anak sebagai titipanNya, Tuhan juga kasih kita orang tuanya upah, imbalan berupa berkat apapun yang diperlukan anak-anak tersebut untuk tumbuh sesuai dengan yang sudah Tuhan rancangkan didalam hidup mereka masing-masing, apalagi jika apa yang orang tua perbuat kepada anak-anak mereka itu dipandang baik dimata Tuhan yaitu mengarahkan agar mereka tumbuh menjadi seorang yang takut akan Tuhan dan dapat memuliakan nama Tuhan; karena Tuhan menghendaki keturunan Ilahi dari umat-umatNya.
Maleakhi 2 :15 Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan Ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.
So, janganlah takut punya anak banyak, bersyukur karena artinya kita telah dipercayakan oleh Tuhan dengan titipan yang sangat berharga di mataNya. Janganlah seperti orang dunia yang tidak mengenal Tuhan yang selalu kuatir akan segala sesuatunya, karena Tuhan kita itu tidak akan membiarkan anak-anakNya terlantar. Percayakanlah segala sesuatu kepadaNya. Tuhan Yesus memberkati <3



2 comments:

Daniel Wijaya said...

Sangat terberkati dengan cerita ini.. jadi kepengen punya anak kedua ini hen.. hahahaha... God bless both of u..

Hendri said...

Iya Nil, Puji Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati Daniel sekeluarga dan diberikan berkat anak yang kedua. Amin

Post a Comment