Shalom,
Ini adalah sharing tentang bagaimana saya menerima Tuhan Yesus. (",)
Empat belas tahun. Ya, itu adalah umur saya ketika untuk pertama kalinya melangkah maju dengan malu-malu ke depan mimbar, yang saat itu bertanya "Siapakah yang percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan mau menerima Dia sebagai Juruselamat di dalam hidup anda?" Di tengah suara musik yang ramai dan ditengah banyak suara orang berdoa, bernyanyi dan bahkan menangis, saya melangkah perlahan dengan keinginan yang luar biasa kuat untuk menerima Dia sebagai Tuhan. Tiada pikiran lain selain percaya kepadaNya di dalam pikiran saya saat itu. Hanya Dia. Akhirnya setelah di mimbar saya pun mengikuti bimbingan doa dari pendeta, yaitu untuk mengucapkan bahwa Tuhan Yesus adalah Tuhan.
"Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah mebangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan" (Roma 10:9)
Kemudian, setelah itu saya mengikuti seluruh susunan kebaktian, tanpa mengetahui bahwa keputusan tersebut akan mengubah hidup saya untuk selanjutnya mulai dari detik itu.
Kepulangan saya ke rumah disambut baik oleh anggota keluarga yang belum mengetahui bahwa pada hari itu saya pertama kalinya ke gereja Kristen dan telah menerima Tuhan Yesus. Sepanjang hari tersebut saya terus memikirkan Tuhan Yesus dan yang paling luar biasanya, sebelum saya tidur malam hari tersebut, saya merasakan kedamaian yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Bahkan saya merasakan saya tidur sambil tersenyum!
Mengalami perasaan damai yang tak terkatakan pada malam itu, membuat saya ketagihan hadirat Allah. Minggu demi minggu saya selalu rajin mengikuti kebaktian para pemuda, hingga pada akhirnya ibu saya mulai bertanya kemana saya pergi setiap hari Minggu siang. Setelah saya memberitahukan kemana saya pergi, tanpa saya kira sebelumnya, ibu saya tiba-tiba marah besar dan melarang saya untuk pergi kesana. Minggu selanjutnya pintu pagar rumah digembok untuk menahan saya keluar rumah. Namun karena Tuhan yang baik telah mengizinkan saya untuk mencicipi sedikit rasa damaiNya, saya nekad untuk membuka gemboknya dan kabur untuk menghadiri kebaktian di gereja
Kebaktian hari itu sangat saya nikmati karena selain merasakan hadirat Allah, saya juga terus memikirkan nasib saya di rumah nanti. Saya berasal dari keluarga jawa-china. Ayah saya orang jawa beragama I dan ibu saya orang china beragama B. Walaupun demikian, dari kecil saya tidak pernah dipaksa untuk mengikuti suatu agama tertentu. Kakek saya membangun sebuah masjid yang cukup besar disebelah rumahnya, namun saya hanya pernah beberapa kali kesana. Hanya satu kali sembahayang seingat saya. Saya dulu sering diajak ibu saya di kelenteng, namun saya tidak pernah sembahyang karena penampilan dewa yang begitu mengerikan dan keadaan gelap berasap. Saya kesana hanya tergoda oleh permen bulat-bulat yang kami sebut 'telor cicak'. Selain itu tidak ada kesan apa pun yang menempel pada jiwa saya, hampa, kosong dan penuh tanda tanya.
Dulu saya mengira bahwa semua agama itu pada dasarnya sama, yaitu menjalankan suatu praktek agamawi secara rutin dan rajin mempersembahkan sesuatu yang diminta oleh baik dewa, pendeta, kiai atau pastor untuk 'membersihkan dosa'. Itu saja. Namun, hal tersebut sirna ketika Tuhan Yesus menunjukan kepada saya bagaimana rasanya berada di dalam hadirat Tuhan diatas seluruh tuhan. Damai, tenang, sukacita, perasaan aman dan dikasihi semua menyatu. Setelah tahu rasanya, saya tidak mau kehilangan itu semua. Berbekal iman, saya dengan tegap melangkah maju terus dalam Tuhan Yesus, apapun yang terjadi, termasuk halangan dari keluarga. Ada tertulis:
"Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya" (Matius 10:35-36)
Saya percaya sekali bahwa penolakan keluarga bagi seseorang yang baru menerima Tuhan Yesus adalah hal yang normal, karena sudah dinubuatkan maka akan terjadi (lih Yes 55:11).
"..demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya."
Tembok pertama tersebut harus dihancurkan. Penolakan keluarga saya balas dengan peningkatan kualitas hidup. Pengajaran mengenai firman Tuhan yang saya dapat setiap saat kotbah di gereja, perlahan tertanam di hati dan mencuat melalui perbuatan saya sehari-hari. Tanpa saya sadari. Sampai beberapa lama kemudian, setahun, dua tahun, keluarga saya ikhlas menerima iman saya karena melihat perubahan yang positif tersebut. Halleluya! Jesus wins, as He always does. Roh kudus telah membantu saya merubuhkan 'tembok' tersebut. Saya telah membuktikan kepada Tuhan Yesus bahwa saya lebih mengasihi Dia daripada segala sesuatu di dunia ini. Saya lulus tes dasar untuk kaum pemula.
Sebenarnya, Tuhan Yesus telah mengetuk hati saya sejak lama. Bukan hanya mengetuk, namun juga dengan terang-terangan datang kepada saya dan mengajari saya seperti Ia mengajari anakNya. Seperti yang saya tulis sebelumnya, saya adalah anak campuran cina-jawa. Saya berharap mempunyai kulit yang putih dan mata yang rada sipit, namun Tuhan merajut saya berbeda. Saya mempunyai kulit kuning sawo dan mata yang besar, sangat berbeda dengan sepupu-sepupu dari pihak ibu. Mayoritas dan bahkan 99% dari teman-teman saya pun dari rumpun tionghoa. Otomatis perbedaan tersebut membuat saya stand-out bukan? Oleh sebab itulah saya dulu tidak pernah bersyukur dan terus mencela diri saya. Hampir setiap hari.
Sampai dengan waktu saya berumur 13 tahun, Tuhan datang melalui mimpi. Di dalam mimpi tersebut saya berdiri seorang diri dipinggir pantai yang sepi, langit tampak gelap. Di samping saya ada sebuah kapal kayu rusak yang terbalik. Tidak terlihat suatu apapun selain daripada itu. Tiba-tiba terdengar suara laki-laki yang berbunyi seperti gemuruh namun jelas, sangat jelas, yang berkata "Janganlah kau hina lagi tubuhmu, karena tubuhmu adalah milik-Ku. Kamu hanya meminjamnya." Lalu suara itu menghilang, mimpi itu berakhir. Tidak menyeramkan, namun menimbulkan efek yang sangat luar biasa. Sejak saya terbangun dari mimpi itu sekarang, saya menjadi orang yang sangat menghargai tubuh saya, tanpa peduli apa kata orang dan apapun warna kulit orang. Saya selalu ingat bahwa tubuh ini milik Tuhan. Tapi waktu itu saya belum benar-benar tahu, siapa Tuhan yang hadir dalam mimpi tersebut.
Beberapa lama kemudian, di tahun yang sama saya pun mendapat mimpi kembali (saya orang yang selalu bermimpi, namun Roh Kudus terkadang memberi saya hikmat jika mimpi tersebut berasal dari Tuhan, jadi saya kadang-kadang tahu). Saya benar-benar tidak mengingat isi mimpi tersebut, namun saya ingat betul ketika ada suara lelaki yang sama ketika saya mimpi yang dipinggir pantai, memanggil saya dua kali dengan nama 'Abigail'. Dan dalam mimpi tersebut saya berlari menanggapi panggilan tersebut, seolah-olah itu nama saya. Saya saat itu tidak tahu bahwa nama itu berasal dari bahasa Ibrani dan nama itu tercantum di Alkitab. Saat itu saya percaya bahwa, bagi Tuhan, nama saya adalah Abigail. Oleh sebab itulah, pada saat dibaptis, saya meminta nama Abigail sebagai nama baptis saya. Namun, ternyata bukan itu maksud Tuhan, dan tidak seharusnya saya meminta nama baptis, karena orang percaya di dalam Tuhan Yesus hanya boleh dibaptis dalam nama Yesus Kristus saja dan tidak mempunyai nama baptis, selain nama Tuhan Yesus (lih. Kis2:38).
"...Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu..."
Alkitab tidak menyebutkan adanya nama lain dalam proses pembatisan, baik sebelum maupun sesudah. Hanya nama Yesus. Baru kurang lebih 10 tahun kemudian saya mengetahui kisah Abigail dengan jelas dan arti namanya. Abigail adalah seorang tokoh di perjanjian lama, yaitu seorang wanita yang menyelamatkan nyawa suaminya dari ancaman perang raja Daud (lih. 1Sam 25 :2-42) yang akhirnya menjadi istri Daud. Baru saja tahun lalu suami saya yang waktu itu masih menjadi pacar saya menerima Tuhan Yesus dan dibaptis. Hal tersebut membuat saya sadar, bahwa Tuhan sudah menetapkan rencanaNya didalam diri saya mengenai 'penyelamatan' tersebut lebih dari 1 dekade yang lalu! Bahkan sebelum saya mengenal Tuhan sendiri. Wow, betapa dalam dan tak terselaminya Tuhan kita itu. Tapi tentunya tidak hanya untuk hal tersebut saja Tuhan beri nama baru Abigail bagi saya, pasti ada rencana lain yang belum dapat saya selami.
Saya sangat sadar bahwa memang bukan kita, manusia, yang memilih Tuhan mana yang akan kita sembah, namun Tuhanlah yang memilih kita. Namun, karena manusia merasa memiliki akal budi dan otak maka kita cenderung berpikir bahwa kita yang mencari-cari Tuhan dan menemukanNya. Kita merasa kita yang berusaha mengejar Tuhan dan oleh sebab itu kita berhak mendapatkan hidup yang baik dari Pencipta dunia ini. Padahal tidaklah demikian, berdasarkan berbagai firman Tuhan dan pengalaman pribadi, saya sangat yakin bahwa Tuhanlah yang membuatkan kita jalan sehingga kita dapat menemukanNya. Tuhanlah yang dengan setia menunggu kita sampai kita menanggapi panggilanNya untuk bersekutu denganNya. Tuhan Yesus itu sangat ajaib, Ia panjang sabar dan lemah lembut. Walaupun Ia telah menyiapkan suatu rancangan yang mendatangkan shalom alias damai sejahtera bagi kita, Ia tidak langsung memaksa kita untuk mengikuti rancanganNya yang baik tersebut, namun Ia memberikan kepada manusia pilihan bebas. Manusia yang telah membuka hatinya bagi Tuhan Yesuslah yang dapat berdoa agar rancangan Tuhan Yesus dapat terlaksana dalam hidupnya.
Rancangan Tuhan Yesus itu tidak selamanya indah bagi kita, namun melalui rancanganNya tersebut kita dapat dibentuk menjadi manusia yang baik di mata Tuhan. Tuhan juga menyiapkan berbagai perlindungan, harapan, bantuan bagi kita selama kita hidup di dalamNya. Oleh karena itu, pengalaman bersama Tuhan Yesus pun menjadi lebih banyak. Saya mendapatkan bahwa pengalaman-pengalaman itulah yang membuat iman saya semakin bertumbuh. Walaupun tidak semua hidup saya sejak menerima Tuhan Yesus berjalan mulus, namun saya benar-benar merasakan pertolongan Tuhan datang tepat disaat saya membutuhkannya! Sungguh indah berjalan bersama Tuhan Yesus. Saya merasa Ia selalu beserta saya dan memegang tangan saya supaya saya tidak jatuh ketika tersandung. Sungguh, dari detik pertama saya menerima keselamatan itu, tidak ada satu noktah pun yang saya sesali mengenai Tuhan Yesus. Bagaimana dengan Anda?
1 comments:
Amin...Tuhan kita luar biasa. Dia yang memanggil, juga yang menguatkan dan memelihara iman percaya kita. Thank you buat sharing nya.
Post a Comment